Pelatihan

The Act: Strategi Implementasi GEDSI – Praktik Terbaik dan Tantangan

Dini Anitasari Sabaniah, Gender and Social Inclusion Specialist, meminta peserta untuk memperkenalkan diri dan bercerita secara singkat mengenai program yang sedang berlangsung di lembaga masing-masing. Dari hasil perkenalan tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka masih belum menjalankan praktik terbaik implementasi GEDSI.

Sesi keempat digelar pada Selasa, 4 September 2024, dengan topik The Act : Strategi Implementasi GEDSI – Praktik Terbaik dan Tantangan. Awal sesi, narasumber mengangkat tentang disabilitas. Apa yang terbesit di benak sahabat ketika mendengar istilah Disabilitas?

Dalam pengertian disabilitas dapat merujuk pada kondisi fisik, kecerdasan, mental, atau sensorik yang membatasi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi penuh dalam aktivitas sehari-hari. Ini juga mencakup bagaimana lingkungan dan sikap sosial dapat mempengaruhi pengalaman seseorang dengan disabilitas. Disabilitas ada 2 komponen: pertama yang merujuk pada kondisi fisik, dan yang kedua mencakup bagaimana lingkungan dan sikap sosial terhadap kondisi fisik tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Lalu, apa yang diharapkan dari konsep GEDSI terhadap disabilitas tersebut? Yaitu menciptakan aksesibilitas.

Selanjutnya narasumber meminta peserta memilih 1-2 program yang tengah dikerjakan oleh anggota kelompok, lalu mencari tahu 5 informasi dari proyek yang dipilih: tujuan program, outcome, output, dan input. Kemudian, setiap kelompok mendiskusikan apakah program tersebut sudah berspektif GEDSI—dibagi menjadi 2 kelompok di dalam breakout room yang nantinya akan dipresentasikan.

Adapun perkembangan kesadaran GEDSI dalam pembangunan (pemerintah) atau dalam pelaksanaan project/program pemberdayaan masyarakat (OMS – NGO) menggunakan konsep GEDSI :

1.Buta/ tidak sadar GEDSI. Program tersebut tidak memperhitungkan peran dan hubungan gender, kondisi disabilitas dan sosial dalam mencapai perubahan yang diharapkan;

2.Sensitif GEDSI. Jika program ini mengkaji ketidaksetaraan dan kesenjangan gender, disabilitas dan sosial serta berupaya untuk memastikan alokasi yang adil dan/atau akses ke layanan dan dukungan;

3.Responsif GEDSI. Jika program menantang atau merespon norma gender dan berupaya memajukan keadilan gender, termasuk memajukan inklusi penyandang disabilitas dan inklusi sosial, serta melindungi hak-hak perempuan;

4.Transformatif GEDSI. Bertujuan untuk mengubah akar penyebab hubungan gender yang tidak setara dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan, diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat marjinal lainnya. Ambisi ini didukung oleh sumber daya, kemauan, dan kapasitas untuk melembagakan program transformatif.

Dina dari Lembaga Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bertanya, “Kita baru memulai khususnya gender, menurut pengalaman mbak Dini kira-kira seberapa besar proporsinya dari kita sebagai orang yang tidak memperhatikan GEDSI dan semacamnya, lalu ingin meningkatkan skill. Dan seberapa besar peningkatan budget untuk program satu tahun?”. Pertanyaan Ka Dina ini memancing keaktifan peserta lain untuk bertanya.

Dini juga membagikan beberapa contoh program GEDSI, penasaran? Yuk, simak video berikut.

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Penyedia Layanan

Pakar/ Narasumber

Jumlah Peserta

7 Orang

Dokumen terkait

Berkas-berkas kegiatan ini hanya tersedia untuk para Organisasi Masyarakat Sipil yang terdaftar sebagai mitra program Organizational Effectiveness dari the David and Lucile Packard Foundation.

Jika Anda adalah salah satu dari mitra tersebut namun mengalami kesulitan dalam mengakses berkas, silakan layangkan email ke coaching.dlpf@penabulu.id dan berikan penjelasan Anda. Terima kasih!