Pelatihan peningkatan kapasitas keorganisasian dengan tema “Akuntabilitas Tata Kelola Organisasi” kembali dilanjutkan pada Kamis, 6 Maret 2024, sesi kedua dengan topik “Bagaimana Mempraktikkan Akuntabilitas Organisasi Masyarakat Sipil?”. Masih bersama Sugiarto Arif Santoso (Direktur CSRO, Yayasan Penabulu) atau kerap disapa dengan mas Sugi, sebagai pelatih, di mana dihadiri 22 orang perwakilan OMS mitra Packard peserta program Lingkar Madani. Pelatihan intensif yang dilaksanakan secara online ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) jam dengan metode paparan dan diskusi interaktif melalui platform slido.
“Sebelum mengetahui cara praktik akuntabilitas terhadap OMS, kita perlu tahu dulu bagaimana situasi organisasi masyarakt sipil. Akuntabilitas organisasi ditunjukkan sejauh mana organisasi dapat mematuhi kebijakan eksternal yang mengatur dirinya dan nilai-nilai universal kemanusiaan, dan dapat mempromosikannya kepada pihak-pihak lainnya.” ujar mas Sugi memulai pemaparan materinya.
Ditengah paparan, mas Sugi mengajak para peserta untuk berdiskusi secara interantif melalui platform Slido. Salah satu pertanyaan yang diajukan lewat aplikasi tersebut adalah “Apa tantangan organisasi untuk bisa menjadi organisasi yang akuntabel?”. Peserta memberikan sejumlah jawaban di mana mengerucu pada organisasi harus memiliki keterbukaan, baik informasi, pengelolaan keuangan dan terkait pengelolaan sumber daya manusia, sehingga tidak ada yang hal yang perlu ditutupi dan transparansi organisasi bisa terjaga dengan baik.
Melanjutkan diskusi asik tersebut, mas Sugi menambahkan beberapa hal yang perlu diingat terkait praktik akuntabilitas bagi OMS, yakni Akuntabilitas keuangan yang mempertanggung-jawabkan penggunaansumber daya (dana) yang diperoleh dan dipercayakan kepadanya; akuntabilitas kinerja yang mendokumentasikandan melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dan dibandingkan dengan standar-standarkualitas, sasaran, tujuan serta harapan-harapan yang ingin dicapai; akuntabilitas ucapan di mana kejujuran dan ketelitian mengenai apa yang disuarakan serta mempunyai otoritas untuk menyuarakannya; dan akuntabilitas untuk meningkatkan diri, yakni tanggap terhadap umpan-balik, melakukanevaluasi/assessment dan melaporkantindakan-tindakan yang diambil.
Diakhir sesi kedua ini, mas Sugi memberikan penekanan bahwa partisipasi bermakna penting dalam akuntabilitas tata kelola organisasi. Melalui sebuah “tangga partisipasi” OMS terbantu untuk memahami bentuk-bentuk partisipasi dan keterlibatan seseorang dalam peningkatan akuntabilitas organisasi, mulai dari sebuah manipulasi yang dimaknai tidak berpartisipasi, hanya simbolisasi atau superfisial hingga pada partisipasi yang bermakna.