Pelatihan

Keberhasilan Kampanye Penggalangan Dana dengan Menggunakan Kerangka Kerja Praktis

Pada hari Kamis, tanggal 12 Agustus 2021, Yayasan Penabulu kembali menyelenggarakan pelatihan daring bertemakan penggalangan dana secara digital, dengan judul “Keberhasilan Kampanye Penggalangan Dana dengan Menggunakan Kerangka Kerja Praktis.”

Pelatihan dibuka oleh Furi Rachmawati (Kitabisa.com) sebagai Moderator yang memberikan pengantar kegiatan, sekaligus memperkenalkan dan membacakan biodata Pemateri, yaitu Fahri Amirullah yang merupakan CEO dari ”Impacts Digital,” sebuah perusahaan branding creative agency yang memiliki kepedulian pada isu sosial dan merupakan grup dari Kitabisa.com.

Fahri memulai sesi dengan perkenalan 15 peserta yang berasal dari 7 organisasi, termasuk asal dan domisili serta bidang isu dari masing-masing organisasinya, sekaligus membahas Norma Kelas dan kesepakatan sesi diskusi dalam kegiatan daring tersebut. Setelahnya, Pemateri mulai masuk kepada substansi pelatihan dengan apa yang disebut sebagai ”Kerangka Kerja Praktis” dan paparan tentang tiga poin pembelajaran (learning point) yang meliputi: (1) Pengenalan Crowdfunding; (2) Strategi Crowdfunding; dan (3) Ekosistem Crowdfunding.

Fahri kemudian mulai masuk pada materi bahasan pertama yakni Pengenalan Crowdfunding, dengan menceritakan kisah inspiratif yang ada di Kitabisa dari sosok Uus (Uswatun Hasanah), seorang anggota dari panitia penerimaan mahasiswa baru di IPB yang melakukan penggalangan dana UKT untuk Ridho, calon mahasiswa baru yang kurang mampu. Penggalangan dana tersebut tidak hanya berhasil karena jauh melampaui ekspektasi target pengumpulan dana dari 5,7 juta rupiah menjadi 73 juta rupiah, namun juga menjadi pemicu dan pemacu beberapa aksi penggalangan dana lainnya yang kemudian berdampak positif pada banyak mahasiswa dan perguruan tinggi lainnya serta masyarakat umum, yang turut berkontribusi hingga menghasilkan penggalangan dana hingga lebih dari 1 Milyar Rupiah.

Fahri juga menunjukkan beberapa slide presentasi dan pemutaran video penggalangan dana ”Bansos Ceban” serta contoh penggalangan dana lainnya baik yang berhasil maupun kurang berhasil. Secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan penggalangan dana ini menunjukkan masifnya ”Tren Generasi Filantropis,” sehingga mendudukkan Indonesia sebagai ”Negara Paling Dermawan di Dunia” dan mengukuhkan misi crowdfunding sesungguhnya yaitu Menghubungkan Orang Baik.

Materi pertama ditutup dengan kegiatan Kuis menggunakan Kahoot.it dengan menjawab 5 pertanyaan yang dibuat oleh Pemateri dan dimenangkan oleh peserta atas nama Prisillia Morley dari Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) yang berhak menerima merchandise berupa kaos dari Kitabisa.com. 

Lalu Materi kedua adalah Strategi Crowdfunding; dimulai dengan menampilkan perbedaan mendasar di antara online shopping versus online donating yang terletak pada bagaimana orang menggunakan fitur pencarian di internet (melalui Google), yang menghantarkan pada beberapa aspek bahasan lainnya meliputi: Motivation, Story, Channel, Network, dan Momentum. Dijelaskan bahwa suatu penggalangan dana dapat menggunakan beberapa strategi, di antaranya: dengan menggunakan Influencer Campaign, Peer Funding Campaign, P2P Event-Campaign, dan Ads (Iklan).

Adapun urutan sumber donasi yang dikaji oleh Kitabisa berdasarkan jumlah yaitu: Organik (dari motivasi internal, berita, media sosial), Iklan (Facebook/Instagram/Tiktok), Network/Peer-funding (teman, temannya teman, teman temannya teman), dan Influencer (dari followersnya). Paparan materi kedua ini ditutup dengan tanya-jawab dan membahas beberapa hal, di antaranya tentang isu yang paling cepat dapat donasi untuk crowdfunding dengan isu utama adalah terkait Kesehatan, Bencana, Keagamaan, dan Aktivisme. Rata-rata modal (persentase) crowdfunding untuk membuat Ads (Iklan) di media sosial memiliki return of expense di kisaran 20%, atau 1:4 sampai 1:5.

Adapun materi ketiga sekaligus terakhir adalah Ekosistem Crowdfunding. Di sini Pemateri memberikan gambaran besar kembali tentang betapa dermawannya masyarakat Indonesia. Sebagai contoh adalah kegiatan penggalangan dana di isu kesehatan dan sosial “Tanggap Covid19” yang melibatkan berbagai aspek sektor dan unsur komunitas, mulai dari: vendors, pemerintah, media, sektor kreatif, influencers, komunitas dan masyarakat, rumah sakit, OMS, brands, universitas dan event organizers. Maka penting untuk kita mengingat ”give, give, give, and take.” Salah satu contoh yang dimaksud give adalah bahwa dalam narasi dan/atau komunikasi yang dibangun untuk penggalangan dana, lebih baik “memberi bukan meminta,” misalnya, dengan membantu menjembatani isu/event yang menjadi keresahan dan atau yang disukai oleh influencer, gimmick apa yang disukai networks/influencers/brands/partners, lalu mencari/menemukan alasan mengapa mereka ingin mendukung penggalangan dana yang kita buat dan lakukan.

Sesi ditutup dengan motivasi bahwa kedisiplinan sangat diperlukan pada konteks Penggalangan Dana. Hal ini bisa dimulai dengan kepemilikan lembaga/organisasi atas master dokumen yang terpusat, terus menerus melakukan latihan pemetaan sumber dukungan untuk program dan menjaga motivasi tinggi yang harus terus dipupuk-rawat serta lestarikan.

Proses pelatihan ini ditutup oleh Moderator dengan menyampaikan pengumuman bahwa sesi terakhir pelatihan akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2021 jam 09.00–12.00 WIB dengan Pemateri Marsudi Wijaya (Head of Performance Marketing Kitabisa.com). Sesi diakhiri dengan melakukan foto bersama.

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Penyedia Layanan

Pakar/ Narasumber

Jumlah Peserta

15 Orang

Dokumen terkait

Berkas-berkas kegiatan ini hanya tersedia untuk para Organisasi Masyarakat Sipil yang terdaftar sebagai mitra program Organizational Effectiveness dari the David and Lucile Packard Foundation.

Jika Anda adalah salah satu dari mitra tersebut namun mengalami kesulitan dalam mengakses berkas, silakan layangkan email ke coaching.dlpf@penabulu.id dan berikan penjelasan Anda. Terima kasih!