Pelatihan

Deep Dives: Memahami Konteks, Perspektif, dan Nilai GEDSI serta Inklusi Sosial

Rabu, 28 Agustus 2024, Lingkar Madani mengadakan pelatihan “Breaking Barriers: Implementasi GEDSI yang berdampak bagi OMS”. Pelatihan ini melibatkan narasumber dari OXFAM di Indonesia yang berpengalaman dalam bidangnya. Bersama Prameswari Puspa Dewi, Strategic Advocacy and Engagement Manager yang memperkenalkan lebih dalam tentang Deep Dives: Memahami Konteks, Perspektif, dan Nilai GEDSI serta Inklusi Sosial.

Sahabat, pernahkah kalian mendengar Interseksionalitas?

Interseksionalitas adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh ahli hukum dan feminis Kimberly Crenshaw pada akhir 1980-an. Crenshaw menggunakan terminologi interseksionalitas yang membantu kita dapat melihat perbedaaan antara equality dan equity, serta bagaimana identitas masyarakat membentuk pengalaman hidup mereka dengan kekuasaan.Teori ini digunakan pada tahun 1989, lalu bergulir menjadi sebuah teori yang dieksplorasi sampai hari ini oleh banyak pihak, terutama orang-orang yang bekerja untuk isu keadilan sosial atau ketimpangan.

Lantas, apa saja jenis diskriminasi yang berdampak pada identitas? Puspa Dewi memaparkan jenis-jenis dari diskriminasi,
Racisme, contohnya seperti di Indonesia banyak sekali kulit yang lebih kuning/gelap sehingga sering terkena rasisme perbedaan warna kulit
Discrimination
Heterosexism
Sexism
Transphobia
Homophobia, dan lain-lain.

Sebelum lanjut, Puspa Dewi meminta teman-teman untuk membuat “Power Flower” menggambar bunga dengan berisi 8 kelopak bunga yang di mana per kelopak diisi mengenai identitas inti peserta, setelah itu dipresentasikan masing-masing individu.

Menurut Puspa Dewi, Interseksionalitas sangat penting karena pertama kali interseksionalitas ini dicetuskan, melihat permasalahan keadilan sosial yang saling bersinggungan. Interseksionalitas membantu kita untuk jauh lebih sensitif melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam satu waktu dan membuat banyak lapisan pada permasalahan ketidakadilan.

Etih dari lembaga Perkumpulan Seniman Pangan Indonesia berbagi pengalaman ketidakadilan yang ia terima dalam pekerjaan “Saya lulusan S1 dan ada teman saya yang lulusan S2, tetapi dari segi pekerjaan saya selalu achievement dan lebih giat daripada teman saya ini. Karena saya hanya S1 dan teman saya sudah S2, gaji saya dan dia pun berbeda. Gaji teman saya ini lebih besar dari gaji saya.” Bahwa status pendidikan sangat mempengaruhi upah/gaji yang beliau dapatkan.

Bagaimana cara mengaplikasikan Interseksionalitas dalam kebijakan ataupun program? Penasaran? Yuk, simak video di bawah ini!

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Penyedia Layanan

Pakar/ Narasumber

Jumlah Peserta

12 Orang

Dokumen terkait

Berkas-berkas kegiatan ini hanya tersedia untuk para Organisasi Masyarakat Sipil yang terdaftar sebagai mitra program Organizational Effectiveness dari the David and Lucile Packard Foundation.

Jika Anda adalah salah satu dari mitra tersebut namun mengalami kesulitan dalam mengakses berkas, silakan layangkan email ke coaching.dlpf@penabulu.id dan berikan penjelasan Anda. Terima kasih!