Maria Lauranti, seorang Country Director Oxfam in Indonesia menjadi narasumber pada sesi kedua pelatihan Breaking Barriers: Implementasi GEDSI yang berdampak bagi OMS. Ia mengajak kawan-kawan untuk mengupas lebih dalam mengenai Gender dan Power.
Sesi kedua digelar pada Kamis, 29 Agustus 2024, dengan topik Breaking : Membongkar Pandangan yang Tidak Inklusi. Maria menerangkan bahwa gender itu tidak sama dengan jenis jelamin. Di mana letak perbedaannya?
Hal yang kita ketahui bahwa gender merupakan jenis kelamin, namun dua hal tersebut berbeda. Jenis kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki, sementara gender merujuk pada hal-hal yang diajarkan kepada masyarakat untuk dipraktekan. Sehingga muncul ekspektasi tertentu terhadap laki-laki dan perempuan. Contohnya, laki-laki kodratnya bekerja, sedangkan perempuan membersihkan rumah.
Maria pun memberikan tugas mengenai daftar kata dalam kategori yang menggambarkan karakteristik, perilaku dan peran yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Lalu, peserta dibagi menjadi 2 kelompok dalam breakout room untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.
Mengapa kita harus peduli terhadap gender?
Dalam lensa gender, konteks ekonomi, politik, dan bisnis, banyak sekali yang dibuat tanpa kita sadari, karena konstruksi sosial budaya sedari kecil yang sudah memposisikan laki-laki dan perempuan berbeda. Ada beberapa hal kenapa kita harus peduli terhadap gender, yaitu:
Perkembangan kesenjangan gender di pasar tenaga kerja global
Representasi dan kepemimpinan tenaga kerja
Kesenjangan gender memengaruhi transisi teknologi
Kemudian, narasumber melanjutkan dengan pemahaman tentang power. Kita harus sadar bagaimana memahami power yang kita miliki. Power yang kita miliki, apakah sudah memerdekakan orang atau sebaliknya, atau turut mendiskriminasi orang lain. Maka, kita perlu mengenal 4 jenis power:
Power over, bersifat negatif di mana digunakan untuk mengontrol dan mengambil keputusan dengan cara yang tidak patut.
Power to, selalu merasa ingin bermanfaat.
Power within, kekuatan yang kita miliki dari dalam diri sendiri.
Power with, di mana kita percaya solidaritas itu penting.
Negara Ethiopia mendikte bahwa perempuan tidak boleh membajak tanah. Sementara di Kamboja, perempuan memiliki tanggung jawab utama untuk membajak tanah. “Keduanya sama-sama dilakukan oleh perempuan, namun bisa sangat berbeda. Kasus ini merupakan contoh dari konstruksi sosial,” ujar Maria Lauranti.
Dina dari lembaga Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) berpendapat bahwa “Kasus ini merugikan perempuan. Perempuan dibatasi untuk sekedar membajak tanah saja, padahal di dalam suatu komunitas jika terdapat laki-laki dan perempuan bergabung bersama untuk mengolah lahan, mungkin hasilnya akan lebih cepat dan maksimal.”
Penasaran bagaimana keseruan diskusi teman-teman terkait Gender dan Power? Yuk, tonton video ini!