Sugiarto Arif Santoso, kerap dipanggil mas Sugi telah bekerja di sektor organisasi masyarakat sipil selama lebih dari 20 tahun. Pada awal 1991, beliau mulai mengambil isu konservasi lingkungan, terutama di sektor pesisir dan laut. Selanjutnya, pada tahun 2000-an, bekerja pada isu-isu terkait tata kelola, baik nasional maupun lokal, serta tata kelola organisasi masyarakat sipil. Pada tahun 2006, diberikan tugas oleh organisasi tempat ia bekerja, yaitu YAPPIKA, dalam merespons pasca-gempa dan tsunami di Aceh melalui penguatan organisasi masyarakat sipil. Pada tahun 2010, bergabung dengan Yayasan Leuser Indonesia (YLI) yang berfokus pada isu konservasi Hutan Leuser dan flora serta faunanya. Pada tahun 2011, kembali bergabung dengan YAPPIKA dengan tanggung jawab mengembangkan kapasitas institusional LSM dan manajemen pengetahuan. Setelah keluar dari YAPPIKA, pada tahun 2015-2016 kembali bekerja pada penguatan lembaga LSM dengan bergabung dengan Dewan NGO Indonesia, sebuah konfederasi LSM yang memiliki satu visi dalam hal transparansi dan akuntabilitas LSM.
Mulai tahun 2016, mas Sugi mulai banyak membantu beberapa proyek singkat yang dilakukan oleh PIRAC, Yayasan Penabulu, Indonesia Budget Center (IBC), NSLIC-NSELRED Cowater International, USAID-LESTARI, dan beberapa lainnya. Bantuan beliau terkait dengan riset tentang masyarakat yang dibantu di Bekasi, pemantauan dan evaluasi proyek hibah kecil ACB, manajemen pengetahuan dan komunikasi, penyuntingan buku dan modul, serta riset tentang pendanaan konservasi yang berkelanjutan. Pada tahun 2020, kembali ke pekerjaan manajerial dengan menempati posisi Kepala Pengembangan Program di Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
Mas Sugi memiliki minat sendiri untuk bekerja di beberapa wilayah tempat saya pernah bekerja, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Bekasi, Jakarta, Kalimantan Timur (Berau), Kalimantan Barat, dan wilayah Wallacea yang meliputi Sulawesi, Maluku, NTT, dan NTB.