Bicara presentasi tidak hanya tentang desain atau warna, tapi juga bagaimana kita mempresentasikannya, agar menarik perhatian audiens.
Rabu, 25 Mei 2022, Digital learning series, pelatihan “Powerful Presentation”
Mengapa butuh sebuah presentasi yang kuat? Hal ini, salah satunya, dikarenakan otak kita tidak hanya bekerja untuk hal-hal yang membosankan. Dalam 30 detik pertama, maju presentasi itu golden moment untuk menarik perhatian audiens.
Ester Margaretha dan Melita Oktanawati, keduanya dari lembagag Saraswati, menghantar para peserta pelatihan menyelami kekuatan dari sebuah presentasi.
Ester membuka paparannya dengan menitikberatkan pada identifikasi audiens. Siapa audines, karakteristik, publik atau private?, dan apa konteks/latar belakang dari yang akan disampaikan dalam presentasi. Dengan mengetahui audiens, kita dapat dapat menyusun ide/ gagasan sesuai dengan kebutuhan yang akan menikmati proses prensenting kita. Ester pun memberikan 3 bumbu magic membuat sebuah presentasi yang luar biasa, yakni audiens dan konten; branding dan tools; serta public speaking dalam presentasi yakni bagaimana cara bercerita dan menciptakan transformasi audiens. Transformassi audiens yang dimaksud adalah mengidentifikasi apa yang mereka tahu, percaya, rasakan dan lakukan baik sebelum mendengarkan presentasi dan setelah presentasi dipaparkan.
Tak luput, Ester menegaskan bahwa presentasi itu soal public speaking kita. Bagaimana nangkep fokus audiens kita. Buat mereka yang banyak bicara
Melita mengisi sesi berikutnya dengan menunjukkan metode visual presetation. Visual itu penting, contohnya dengan mengaplikasikan warna tertentu dengan tujuan agar audiens dapat mengingat organisasi/brand kita. Hal lain adalah menentukan tipe dan ukuran font, icons, dan elemen lainnya, sehingga dengan personalisasi desain ini mampu mengoptimalisasi konten dari yang akan dipresentasikan.
Melita juga menampilkan ragam tools yang dapat digunakan dalam menyusun dan membangun sebuah presentasi yang ciamik. Beberapa diantaranya adalah Google slides, canva, dan power point. Tools tersebut menawarkan banyak ragam fitur yang dapat dimaksimalkan penggunaannya, diantaranya adalah visulasasi data, audio gif dan animasi, embed video, Audience QnA dan bahkan di zoom platform pun telah mengaplikasikan fitur power point as virtual background, yang mampu menciptakan suasana interaktif antara pemapar dan audiens.
Paparan berikutnya dalah terkait teknik presentasi. Melita dan Ester memberikan sejumlah tips-tips bagaimana menyampaikan sebuah presentasi pada sebuah kegiatan virtual; diantaranya bagaimana menarik perhatian peserta/ audiens, perkenalkan dan jelaskan topik atau isi presentasi, memperhatikan durasi presentasi agar lebih efektif, menggunakan hook atau kutipan, seperti melontarkan pertanyaan awal, menggunakan quote, atau menyelipkan humor ataupun cerita singkat.
Dalam presentasi, gesture dan tone juga sangat perlu diperhatikan, termasuk juga kecepatan dan ketepatan penyampaian. Sebisanya tetap menjaga interaksi dengan audiens. Tak ada salahnya meminta audiens untuk interupsi dan mengingatkan bilamana penyampaikan terlalu cepat, atau mengajak peserta untuk raise hand atau menggunakan fitur chat box bilamana ada yang ditanya. ‘Demam panggung’ memang akan selalu menjadi tantangan.
“Kadang kala kita sering terlalu banyak mengucapkan kata ehm, errr, ckk kalau sedang presentasi, mungkin karena gugup. Nah ini yang perlu diminimalisir,” Ucap Melita saat memberikan tips-tips.
Kegiatan pelatihan ditutup dengan sesi penugasan dan simulasi presentasi oleh para peserta. Dari simulasi, Melita dan Ester banyak memberikan tips-tips empirik bagi peserta pelatihan.
Nantikan sesi-sesi pelatihan “Seri Digital Learning” berikutnya bersama Saraswati.