Sebagai bagian dari seri pelatihan Kampanye Digital, Yayasan Penabulu menyelenggarakan pelatihan dengan judul “Membangun Strategi Kampanye Lewat Petisi Daring”. Pelatihan ini bertujuan untuk mendorong Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) membangun inovasi dan kreativitas untuk mengembangkan model advokasi kampanye digital yang efektif, yaitu melalui petisi. Pelatihan ini diberikan oleh Arief Aziz, salah satu pendiri dan Country Director dari Change.org Indonesia yang merupakan sebuah perusahaan sosial dan platform digital untuk memfasilitasi individu dan organisasi dalam memulai, memobilisasi dan memenangkan kampanye sosial melalui petisi. Dihadiri 32 peserta yang konsisten hingga akhir, pelatihan berjalan interaktif antara peserta dan pelatih.

Pelatihan dibuka dengan sesi ice breaking untuk menghidupkan suasana cair dan interaktif antar peserta. Materi dimulai dengan pengalaman dan cerita menarik dari Change.org dalam melakukan advokasi di isu sosial. Salah satunya adalah cerita tentang seorang tunanetra, Trian Erlangga, yang hendak membuka rekening namun tidak dapat pelayanan dari bank dikarenakan disabilitasnya.

Dari cerita tersebut dijelaskan bahwa dalam mendorong perubahan melalui petisi, setidaknya terdapat empat hal penting yang harus diidentifikasi, yakni: (1) gejala yang tampak di masyarakat; (2) bagaimana pola dan trend terkait gejala tersebut; (3) struktur penyebab; dan (4) paradigma yang muncul terkait isu tersebut. Setelah melakukan pemetaan ini, selanjutnya peserta diperkuat pemahamannya untuk dapat memberikan tuntutan spesifik kepada pihak yang tepat sasaran, sehingga kampanye yang dilakukan melalui petisi bisa menjadi efektif beserta penjelasan bahwa semakin konkrit tuntutan maka semakin baik dampak yang dihasilkan.

Beberapa faktor penting dalam keberhasilan petisi adalah memanfaatkan tokoh penentu, pemetaan aktor (stakeholder mapping) dan pemanfaatan momentum melalui perayaan hari-hari tertentu, atau bersamaan dengan terjadinya sebuah kasus tertentu. Dari pengalaman Change.org memanfaatkan momentum, hal ini terbukti dapat memberikan selisih suara/tanda tangan yang cukup besar, hingga mencapai ribuan tanda tangan. Disampaikan pula bahwa tidak perlu sempurna dalam membangun narasi dan tujuan. Tetapi ketika ada momentum, maka disarankan untuk segera membuat dan menyebarkan petisi. Narasi cerita dan tujuan bisa selalu direvisi seiring berjalannya waktu.

Selain pemaparan materi, peserta juga diberi kesempatan untuk melakukan simulasi lewat studi kasus terkait isu kampanye yang sedang dilakukannya. Para peserta sangat antusias terhadap materi pelatihan ini dengan sesi tanya jawab yang berlangsung dengan sangat interaktif.